Pada pundakmu yang terbungkuk lesu
Aku lihat kau panggul senjata seadanya
Pada rambutmu yang memutih bak kain belacu
Kulihat kau panglima nan berwibawa
Pada kulitmu yang mengendur layu
Aku melihat semangat mengharu biru, membara
Pada matamu yang pudar cahayanya, sayu
Aku melihat keteduhan juga lara
Buatmu, pahlawan tak mesti terukir
Dalam prasasti negara
Bagimu, merdeka bukan tujuan utama
Untukmu, bahagia kami di masa kini
Pengiring nikmat kuburmu saat ini
Di sisimu, pekik merdeka lebih bermakna
Karena ia adalah jalan menuju sorga
Selasa, 04 April 2017
Pada Wajah yang Teduh
Usai salam kedua aku bersimpuh
Ketika malam telah habis separuh
Kutatap dengan jiwa ragaku yang rapuh
Pada wajah yang sejuk lagi teduh
Mimpi indahkah dia
Bertemu siapa dia
Mungkinkah ia berjumpa nabinya
Seperti doa yang selalu diucapkannya
Aku bertanya pada malam gelap
Yang menemaninya tertidur lelap
Alunan merdu dari balik bukit
Sadarkan jiwa 'tuk segera bangkit
Aku meraih tangannya
Bangun, Nak, shubuh telah tiba
Ketika malam telah habis separuh
Kutatap dengan jiwa ragaku yang rapuh
Pada wajah yang sejuk lagi teduh
Mimpi indahkah dia
Bertemu siapa dia
Mungkinkah ia berjumpa nabinya
Seperti doa yang selalu diucapkannya
Aku bertanya pada malam gelap
Yang menemaninya tertidur lelap
Alunan merdu dari balik bukit
Sadarkan jiwa 'tuk segera bangkit
Aku meraih tangannya
Bangun, Nak, shubuh telah tiba
Langganan:
Komentar (Atom)