Korupsi itu seperti gurita
Tentakelnya ke mana-mana
Tidak peduli makanan siapa
Merasa segalanya punya saya
Korupsi itu seperti kera
Dikasih satu minta tiga
Dikasih tiga minta lima
Perut kenyang tapi mulut tetap menganga
Korupsi itu seperti serigala
Taringnya tajam, gigitannya bak pedang bermata dua
Bukan hanya daging segar
Bahkan bangkai dimakan juga
Korupsi itu seperti anjing
Harta banyak tapi sebenarnya maling
Awalnya senang tapi tak mungkin happy ending
Senin, 03 April 2017
Perjalanan Akhirat
Gelap - di sini bermula kematian
Sulbi - di sini ada kematian
Rahim - di sini pun ada kematian
Dunia - di sini orang cari kematian
Ilmu - di sini bermula kehidupan
Cinta - di sini ada kematian
Jodoh - di sini pun ada kematian
Keturunan - hiasan kehidupan
Kematian - jalan menuju keabadian
Kebangkitan - harapan orang beriman
Mizan - pertanggungjawaban disiapkan
Jembatan - titian masa depan
Balasan - Firdaus, nikmat tak terkirakan
Sulbi - di sini ada kematian
Rahim - di sini pun ada kematian
Dunia - di sini orang cari kematian
Ilmu - di sini bermula kehidupan
Cinta - di sini ada kematian
Jodoh - di sini pun ada kematian
Keturunan - hiasan kehidupan
Kematian - jalan menuju keabadian
Kebangkitan - harapan orang beriman
Mizan - pertanggungjawaban disiapkan
Jembatan - titian masa depan
Balasan - Firdaus, nikmat tak terkirakan
Mengapa Hatimu
Kala manusia sucikan dirinya
Dengan basuhan, usapan, dan air kesucian
Wajah menghadap kiblat
Khusyuk dalam kenikmatan shalat
Mulutmu kepulkan asap
Batang sigaret dan secangkir kopi pekat
Kau nyanyikan lagu hampa
Sedang kau tak pernah sebut nama-Nya
Kacamatamu lepaskanlah
Tatap dunia dengan nurani
Perasaanmu adalah anugerah-Nya
Bangunkanlah
Bukan nyawa kau pelihara
Bukan raga kau punya
Tapi Dia yang menjaga
Sembahlah
Dengan basuhan, usapan, dan air kesucian
Wajah menghadap kiblat
Khusyuk dalam kenikmatan shalat
Mulutmu kepulkan asap
Batang sigaret dan secangkir kopi pekat
Kau nyanyikan lagu hampa
Sedang kau tak pernah sebut nama-Nya
Kacamatamu lepaskanlah
Tatap dunia dengan nurani
Perasaanmu adalah anugerah-Nya
Bangunkanlah
Bukan nyawa kau pelihara
Bukan raga kau punya
Tapi Dia yang menjaga
Sembahlah
Doa Terselubung
Lelap melenakan manusia
Dalam kematian sementara
Kedua tangan ini menengadah
Dengan jiwa dan rasa pasrah
Kususupkan doa-doa panjang
Merintih memelas
Dalam kematian sementara
Kedua tangan ini menengadah
Dengan jiwa dan rasa pasrah
Kususupkan doa-doa panjang
Merintih memelas
Naif
Kaukatakan Tuhan pengatur kehidupan
Tapi kaucampakkan Ia dalam segenggam kesombongan
Kaubilang kuasa Tuhan di atas segala alam
Tapi kau sembunyikan kuasa-Nya pada kegelapan jalan
Kau menyebut Dialah Tuhan tertinggi
Tapi dalam hatimu ada tuhan-tuhan lagi
Tuhan kemakmuran
Tuhan keberuntungan
Tuhan kekebalan terhadap hukum
Tuhan pencipta keadilan semu
Tuhan yang menentukan hitam-putih nasib
Bahkan kadang kau merasa nyawa manusia
Ada dalam genggamanmu
Hanya nyali kerdilmu tak mau bicara
"Akulah tuhan kalian yang tertinggi"
Tapi kaucampakkan Ia dalam segenggam kesombongan
Kaubilang kuasa Tuhan di atas segala alam
Tapi kau sembunyikan kuasa-Nya pada kegelapan jalan
Kau menyebut Dialah Tuhan tertinggi
Tapi dalam hatimu ada tuhan-tuhan lagi
Tuhan kemakmuran
Tuhan keberuntungan
Tuhan kekebalan terhadap hukum
Tuhan pencipta keadilan semu
Tuhan yang menentukan hitam-putih nasib
Bahkan kadang kau merasa nyawa manusia
Ada dalam genggamanmu
Hanya nyali kerdilmu tak mau bicara
"Akulah tuhan kalian yang tertinggi"
Istighfar
Malam ini aku bersenandung
Tenangkan jiwaku nan murung
Bukan senandung yang buat hati linglung
Tapi alunan suara ayat Sang Khaliq yang layak disanjung
Ruhaniku terluka
Luka menganga pada jasad yang fana
Bergelambir tubuh ini penuh dosa
Nota hati yang kian hari bertakhta
Secuil tikar kugelar, mekar
Di bawah sajadah merahnya memudar
Batinku menangis menggelepar
Bibirku lirih kuucapkan istighfar
Hanya kalimat ini yang membasuhku
Kala hadir-Nya hilang dari qalbu
Terasing, tersingkir, kuanggap batu
Tuhan, sudikah Kauampuni daku
Tenangkan jiwaku nan murung
Bukan senandung yang buat hati linglung
Tapi alunan suara ayat Sang Khaliq yang layak disanjung
Ruhaniku terluka
Luka menganga pada jasad yang fana
Bergelambir tubuh ini penuh dosa
Nota hati yang kian hari bertakhta
Secuil tikar kugelar, mekar
Di bawah sajadah merahnya memudar
Batinku menangis menggelepar
Bibirku lirih kuucapkan istighfar
Hanya kalimat ini yang membasuhku
Kala hadir-Nya hilang dari qalbu
Terasing, tersingkir, kuanggap batu
Tuhan, sudikah Kauampuni daku
Mengingat-Mu Nikmat Terindah
Malam ini buat 'ku gelisah
Hati yang mestinya tuma'ninah
Tapi terasa gundah
Adakah jiwaku tak lagi tajam terasah
Hingga diri mulia ini terasa sampah
Allah Rabb-ku, apakah ini musibah
Kau timpa kepadaku kesulitan yang bertambah
Kutengok kesadaranku yang terbawah
Kurasa ruhaniku pada tempat terendah
Pandanganku menengadah
Pada langit-langit yang retak pecah
Rupanya beberapa hari ini aku kurang tilawah
Tilawah, bukan tidur di lantai bawah
Tapi membaca Alquran, wahyu Sang Pemberi Hidayah
Penerang jiwa yang resah
Pemberi solusi segala masalah
Kuambil kitab itu dari rak buku yang agak basah
Huruf-hurufnya kubaca pelan teriring doa yang mendesah
Allah Dzul Jalaalah
Jaga diri ini dengan ibadah
Karena...
Mengingat-Mu adalah nikmat terindah
Hati yang mestinya tuma'ninah
Tapi terasa gundah
Adakah jiwaku tak lagi tajam terasah
Hingga diri mulia ini terasa sampah
Allah Rabb-ku, apakah ini musibah
Kau timpa kepadaku kesulitan yang bertambah
Kutengok kesadaranku yang terbawah
Kurasa ruhaniku pada tempat terendah
Pandanganku menengadah
Pada langit-langit yang retak pecah
Rupanya beberapa hari ini aku kurang tilawah
Tilawah, bukan tidur di lantai bawah
Tapi membaca Alquran, wahyu Sang Pemberi Hidayah
Penerang jiwa yang resah
Pemberi solusi segala masalah
Kuambil kitab itu dari rak buku yang agak basah
Huruf-hurufnya kubaca pelan teriring doa yang mendesah
Allah Dzul Jalaalah
Jaga diri ini dengan ibadah
Karena...
Mengingat-Mu adalah nikmat terindah
Langganan:
Komentar (Atom)