Selasa, 06 Maret 2018

Fajar Biarkan Menyingsing (Persembahan untuk Pak I Ketut Bagiarta)

Dahulu... 
Ibunda pernah bilang
Ketika fajar datang
Ia ambilkan kain selendang
Selimuti sang putra tersayang
Tiada rela dingin membalut badan, menusuk tulang
Ia anaknya meski bukan semata wayang
Namun hadirnya adalah harapan yang hilang
Bagi jiwa-jiwa berharap tenang

Ketika dhuha mulai lekas
Kau ambil sajadah bertakhta benang emas
Lantunkan doa penuh harap dan cemas
Dalam hati tertanam lalu terucap lepas

Kala terang insan menjemput rejeki
Engkau wujudkan sejuta mimpi
Pada semua, pada diri sendiri
Meski kau merasa belum memberi arti
Kepada manusia, kepada negeri

Bapak, ini aku...
Meski petang datang padamu
Ku bersandar pada doa-doamu
Saat sendiri tanpa kehadiranmu
Saat keramaian mulai meninggalkanmu
Kini purnatugas menjemputmu

Fajar, biarkan ia tetap menyingsing
Ia menghangatkan, maka jangan kau berpaling
Biarkan basah peluhmu mengering

Mungkin kau ingin istirahat sejenak
Melewati hari-hari penuh riak dan ombak
Lepaskan penat, hilangkan jarak
Karena akhir tak bisa ditebak

Bapak, padamu kusampaikan terima kasih
Pada pengorbanan hidupmu yang penuh pedih
Pada hatimu yang bersih
Pada nasihatmu yang tulus bak kain putih
Meski sering terucap sangat lirih
Karena perpisahan ini terasa perih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pada Wajahmu