Pada wajahmu yang sejuk teduh
Bumi yang kaupijak penuh tetesan peluh
Kala waktu menjelang shubuh
Rasa malas yang kau bunuh
Demi pengabdian kau tunduk patuh
Pada wajahmu yang bersahaja
Ada kisah masa lalu penuh duka
Ketika titian hidup keras menempa
Kesabaranmu seluas samudera
'Tuk diri dan anak yang tumbuh dewasa
Maka keluh kesah jadi sirna
Pada wajahmu yang nampak lelah
Aku melihat engkau yang susah dan payah
Tubuh melemah, mata memerah
Lisanmu masih berucap hamdalah
Karena kau tak kenal kata "sudah"
Pada wajahmu yang penuh pasrah
Aku melihat jiwa tak kenal menyerah
Biarpun luka kian parah
Kau tetap berlari bak busur panah
Pada matamu yang manja sayu
Kau wanita berperangai ayu
Sinarmu memancar tak pernah layu
Menembus kalbu halus merayu
Kamis, 15 Maret 2018
Senin, 12 Maret 2018
Aku Rindu Padamu
Kaki melangkah, mataku terpana
Aku rindu padamu
Gambarmu kutatap mesra
Aku rindu padamu
Kau dipuji banyak manusia
Aku rindu padamu
Namamu disebut di setiap masa
Aku sangat rindu padamu
Ketika masa lalumu kubaca
Aku makin rindu padamu
Saat langit cerah, pintunya terbuka
Aku rindu padamu
Dalam seruan lirih mengalun doa
Aku rindu padamu
Bairpun kau jauh di mata
Aku tetap rindu padamu
Walau jarak dan batas pisahkan kita
Tapi aku rindu padamu
Aku ingin kehadiranmu menjadi nyata
Aku rindu padamu
Menjumpaimu membuat hati bahagia
Aku rindu padamu
Meski sekali saja, aku ingin berjumpa
Karena aku rindu padamu
Baitullah, kau buat 'ku tak sanggup lagi bicara
Hanya berkata: aku rindu padamu
Aku rindu padamu
Gambarmu kutatap mesra
Aku rindu padamu
Kau dipuji banyak manusia
Aku rindu padamu
Namamu disebut di setiap masa
Aku sangat rindu padamu
Ketika masa lalumu kubaca
Aku makin rindu padamu
Saat langit cerah, pintunya terbuka
Aku rindu padamu
Dalam seruan lirih mengalun doa
Aku rindu padamu
Bairpun kau jauh di mata
Aku tetap rindu padamu
Walau jarak dan batas pisahkan kita
Tapi aku rindu padamu
Aku ingin kehadiranmu menjadi nyata
Aku rindu padamu
Menjumpaimu membuat hati bahagia
Aku rindu padamu
Meski sekali saja, aku ingin berjumpa
Karena aku rindu padamu
Baitullah, kau buat 'ku tak sanggup lagi bicara
Hanya berkata: aku rindu padamu
Jumat, 09 Maret 2018
Shubuh di Pangkalan Bun
Fajar bukan lagi ilusi atau sekadar penanda
Ia adalah tanda alam yang nyata
Suara mengalun merdu menggema
Menyusup, menembus, melalui jendela
Terdengar lantunan shalawat dan kalam
Lampu istanamu masih nyala temaram
Kau tahu, hari bukan lagi malam
Di sini dingin bukan karena angin
Gelap bukan tak ada cahaya lilin
Dengkuranmu meski pelan, matikan batin
Sembunyikan badan bak sepasang pengantin
Aku menyelinap melalui pintu
Menghampiri cahaya meniti jalan berbatu
Pada pujian kepada Dzat Yang Menguasai Waktu
Menapak pasti pada jalan yang satu
Ya Rabbi, aku menyembah-Mu
Ia adalah tanda alam yang nyata
Suara mengalun merdu menggema
Menyusup, menembus, melalui jendela
Terdengar lantunan shalawat dan kalam
Lampu istanamu masih nyala temaram
Kau tahu, hari bukan lagi malam
Di sini dingin bukan karena angin
Gelap bukan tak ada cahaya lilin
Dengkuranmu meski pelan, matikan batin
Sembunyikan badan bak sepasang pengantin
Aku menyelinap melalui pintu
Menghampiri cahaya meniti jalan berbatu
Pada pujian kepada Dzat Yang Menguasai Waktu
Menapak pasti pada jalan yang satu
Ya Rabbi, aku menyembah-Mu
Selasa, 06 Maret 2018
Fajar Biarkan Menyingsing (Persembahan untuk Pak I Ketut Bagiarta)
Dahulu...
Ibunda pernah bilang
Ketika fajar datang
Ia ambilkan kain selendang
Selimuti sang putra tersayang
Tiada rela dingin membalut badan, menusuk tulang
Ia anaknya meski bukan semata wayang
Namun hadirnya adalah harapan yang hilang
Bagi jiwa-jiwa berharap tenang
Ketika dhuha mulai lekas
Kau ambil sajadah bertakhta benang emas
Lantunkan doa penuh harap dan cemas
Dalam hati tertanam lalu terucap lepas
Kala terang insan menjemput rejeki
Engkau wujudkan sejuta mimpi
Pada semua, pada diri sendiri
Meski kau merasa belum memberi arti
Kepada manusia, kepada negeri
Bapak, ini aku...
Meski petang datang padamu
Ku bersandar pada doa-doamu
Saat sendiri tanpa kehadiranmu
Saat keramaian mulai meninggalkanmu
Kini purnatugas menjemputmu
Fajar, biarkan ia tetap menyingsing
Ia menghangatkan, maka jangan kau berpaling
Biarkan basah peluhmu mengering
Mungkin kau ingin istirahat sejenak
Melewati hari-hari penuh riak dan ombak
Lepaskan penat, hilangkan jarak
Karena akhir tak bisa ditebak
Bapak, padamu kusampaikan terima kasih
Pada pengorbanan hidupmu yang penuh pedih
Pada hatimu yang bersih
Pada nasihatmu yang tulus bak kain putih
Meski sering terucap sangat lirih
Karena perpisahan ini terasa perih
Langganan:
Komentar (Atom)